Senin, 08 April 2019

REVIEW ARTIKEL: BULLYING DI SEKOLAH DASAR

Artikel berjudul “Bullying in Elementary School” yang diteliti oleh Tine Louise Mundbjerg Eriksen, Helena Skyt Nielsen, dan Marianne Simonsen ini menyelidiki tentang faktor dan efek dari perbuatan bullying di sekolah dasar untuk perkembangan anak di masa depan. Bullying merupakan xfenomena yang serius dan sudah meluas karena hasil analisis peneliti sebanyak 27 persen anak-anak di Denmark menjadi korban bullying yang telah dilaporkan oleh orang tua maupun guru mereka. Hal serupa juga ditemukan oleh Brown dan Taylor 2008 untuk Inggris, Nordhagen dkk. 2005 untuk Denmark, dan Sauflage dan Gagne 2000 dan Centers for Disease Control 2010 untuk Amerika Serikat. Selanjutnya hasil penelitian menunjukkan bahwa korban yang dilaporkan oleh guru, rata-rata merasa lebih berat daripada yang dilaporkan orang tua sebagai korban. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak-anak yang mendapatkan perlakuan bully mendapatkan hasil belajar yang cenderung rendah bahkan semakin mengkhawatirkan/parah.
Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Nadia Dewi, dkk (2016) yang berjudul “Perilaku Bullying yang terjadi di SD Negeri Unggul Lampeuneurut Aceh Besar” yang menunjukkan bahwa adanya perilaku bullying yang terjadi di kelas IV dan V, baik itu berupa fisik maupun non-fisik. Dimana dari 25 orang siswa 4% nya mengaku mengalami bullying fisik, sedangkan 12% siswa menjawab sering, 47% siswa merasa kadang-kadang dan 37% siswa menjawab tidak pernah mengalami perlakuan bullying fisik padanya. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Monicka (2014) yang berjudul “Perilaku School Bullying pada Siswa Sekolah Dasar Negeri Delegan 2 Dinginan Sumberharjo Sleman Yogyakarta” yang mana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa bullying berwujud dalam tiga bentuk perilaku, yaitu: fisik (menjegal, menjambak, menendang, memukul, hingga memegang alat kelamin dan dada), verbal (berkata kasar, memaki, mengancam, menyoraki, mengolok-olok, mengejek, dan berkata jorok), dan psikologis (membuat seolah-olah temannya bersalah). Dan faktor yang menyebabkannya berasal dari keluarga, lingkungan pergaulan, media/tayangan dan iklim sekolah.
Bullying merupakan salah satu fenomena sosial yang dialami anak di masa sekolah karena kesenjangan yang dialaminya. Fenomena ini dapat membuat mental anak menjadi down dan berdampak pada prestasi belajar anak yang akan menurun. Selain itu, perilaku bullying memberikan dampak negatif langsung pada harga diri dan keterampilan non-kognitif lainnya. Tentu saja saya sangat tidak setuju dengan perilaku bullying ini, karena bersifat merendahkan orang lain dibandingkan dengan dirinya dari segala bidang, baik itu dari bidang ekonomi sosial, agama, suku, ras dan lain sebagainya. Karena biasanya pelaku bullying ini berada setingkat lebih tinggi dibandingkan dengan korbannya.
Perbuatan bullying sendiri berasal dari kata “bully” dalam Kamus Bahasa Inggris berarti penggertak, mengganggu orang yang lemah. Menurut saya perbuatan pembullyan ini merupakan perbuatan yang dapat mengancam mental anak secara psikologis sehingga membuat motivasi dan prestasi belajar anak menjadi rendah. Oleh karena itu, perlu penekanan dari pihak sekolah dengan aturan yang tegas terhadap pelaku pembullyan ini hingga dapat memberikan efek jera terhadap si pelaku. Selain itu, pihak keluarga juga perlu menanamkan sikap menghargai dan menghormati semua orang dengan cara memberikan contoh kepada anaknya masing-masing.
Pendekatan yang mendidik perlu di intensifkan dari pihak kelaurga maupun pihak sekolah dengan terus menerus baik itu kepada pelaku maupun korban dari perilaku bulling ini sehingga dapat memunculkan kesadaran akan bahaya perilaku bullying ini apabila tidak segera dihentikan. Karena jikalau tidak ditanggapi secara serius oleh bersama maka perilaku ini akan terus berlanjut pada jenjang pendidikan selanjutnya hingga pada sampai pada jenjang pendidikan tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar