Teori kebutuhan
adalah salah satu perspektif tentang motivasi untuk pendidikan dan praktik
mengajar. Meskipun ada beberapa variasi dari teori kebutuhan. Namun, premis utama
di balik setiap variasi adalah membangkitkan manusia untuk mengambil tindakan yang
berguna untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis bawaan atau keinginan
intrinsiknya. Pernyataan teori kebutuhan klasik yang bermula dari karya Abraham
Maslow pada pertengahan Abad 20, mengemukakan bahwa manusia memiliki hierarki
kebutuhan mulai dari tingkat yang lebih rendah, seperti: kebutuhan fisiologis
untuk makanan, tempat tinggal, dan keamanan sampai dengan pada tingkat yang lebih tinggi, seperti:
kebutuhan untuk memiliki, cinta, mengetahui, dan mengaktualisasi diri. Menurut
Maslow piramida hierarki kebutuhan dapat diilustrasikan pada gambar berikut.
Implikasi dari teori Maslow cukup
jelas dan telah mempengaruhi pendidikan praktik selama beberapa waktu.
Misalnya, dalam menciptakan lingkungan yang aman maka akan menumbuhkan
kebutuhan siswa akan keamanan terpenuhi. Seperti anak-anak yang lapar atau merasa
terancam tidak mungkin mencapai hasil yang lebih tinggi untuk mengetahui,
memahami, dan menghargai estetika.
Pendidik dan psikolog, seperti Mc Clelland
(1958), Atkinson dan Feather (1966), dan Alschuler, Tabor, dan McIntyre (1970),
mengambil gagasan Maslow yang lebih umum tentang kebutuhan manusia dan
menerapkannya secara langsung dengan kebutuhan yang paling relevan untuk
mengajar dan pembelajaran di sekolah. Siswa termotivasi untuk memberikan energi
di sekolah adalah untuk mengejar tiga hasil, yaitu: kepuasan, afiliasi, dan pengaruh.
a.
Kebutuhan kepuasan adalah ketika siswa berusaha untuk
mempelajari mata pelajaran tertentu atau mendapatkan keterampilan yang sulit
dan berhasil dengan usaha belajar mereka.
b.
Kebutuhan afiliasi dipenuhi
ketika siswa mendapatkan persahabatan dan dukungan emosional dari guru dan
rekan mereka di sekolah.
c.
Kebutuhan pengaruh akan
terpenuhi jika siswa percaya bahwa mereka memiliki beberapa cara untuk mengontrol
pembelajaran mereka.
De Charms (1976), Deci dan Ryan
(1985), dan Csikszentmihalyi (1990, 1998) percaya bahwa individu mengambil
tindakan untuk memenuhi kebutuhan memilih dan menentukan nasibnya sendiri.
Pengaruh internal ini lebih penting daripada pengaruh eksternal. deCharms
(1976) menggunakan konsep “Powns” dan “Origins” dalam penelitiannya. Konsep powns adalah individu yang percaya bahwa
mereka memiliki sedikit pengaruh dalam kehidupan mereka, sedangkan konsep origins
percaya mereka memiliki pengaruh utama atau bertanggung jawab atas perilaku
mereka. De Charms percaya bahwa memberikan penghargaan atau penekanan eksternal
yang besar membuat siswa merasa seperti orang pertama yang akan mengelola
motivasi mereka untuk belajar.
Csikszentmilhalyi (1990) memandang perlunya pilihan
dan penentuan nasib yang berbeda-beda. Selama beberapa tahun dia mempelajari peristiwa-peristiwa
dalam kehidupan orang-orang ketika mereka dilaporkan benar-benar terlibat dan
meraka “terbawa oleh arus, seperti berada dalam aliran”. Csikszentmilhalyi
menyebutnya dengan “flow experiences”. Dia berpendapat bahwa hal tersebut akan terjadi sebagai akibat
dari individu yang memiliki pilihan untuk mengejar tujuan mereka sendiri dan
untuk mendapatkan kepuasan dari keinginannya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar