Kamis, 22 November 2018

TEORI KEBUTUHAN ABRAHAM MASLOW

Teori kebutuhan adalah salah satu perspektif tentang motivasi untuk pendidikan dan praktik mengajar. Meskipun ada beberapa variasi dari teori kebutuhan. Namun, premis utama di balik setiap variasi adalah membangkitkan manusia untuk mengambil tindakan yang berguna untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis bawaan atau keinginan intrinsiknya. Pernyataan teori kebutuhan klasik yang bermula dari karya Abraham Maslow pada pertengahan Abad 20, mengemukakan bahwa manusia memiliki hierarki kebutuhan mulai dari tingkat yang lebih rendah, seperti: kebutuhan fisiologis untuk makanan, tempat tinggal, dan keamanan sampai  dengan pada tingkat yang lebih tinggi, seperti: kebutuhan untuk memiliki, cinta, mengetahui, dan mengaktualisasi diri. Menurut Maslow piramida hierarki kebutuhan dapat diilustrasikan pada gambar berikut.


Implikasi dari teori Maslow cukup jelas dan telah mempengaruhi pendidikan praktik selama beberapa waktu. Misalnya, dalam menciptakan lingkungan yang aman maka akan menumbuhkan kebutuhan siswa akan keamanan terpenuhi.  Seperti anak-anak yang lapar atau merasa terancam tidak mungkin mencapai hasil yang lebih tinggi untuk mengetahui, memahami, dan menghargai estetika.
Pendidik dan psikolog, seperti Mc Clelland (1958), Atkinson dan Feather (1966), dan Alschuler, Tabor, dan McIntyre (1970), mengambil gagasan Maslow yang lebih umum tentang kebutuhan manusia dan menerapkannya secara langsung dengan kebutuhan yang paling relevan untuk mengajar dan pembelajaran di sekolah. Siswa termotivasi untuk memberikan energi di sekolah adalah untuk mengejar tiga hasil, yaitu: kepuasan, afiliasi, dan pengaruh.
a.    Kebutuhan kepuasan adalah ketika siswa berusaha untuk mempelajari mata pelajaran tertentu atau mendapatkan keterampilan yang sulit dan berhasil dengan usaha belajar mereka.
b.    Kebutuhan afiliasi dipenuhi ketika siswa mendapatkan persahabatan dan dukungan emosional dari guru dan rekan mereka di sekolah.
c.    Kebutuhan pengaruh akan terpenuhi jika siswa percaya bahwa mereka memiliki beberapa cara untuk mengontrol pembelajaran mereka.
De Charms (1976), Deci dan Ryan (1985), dan Csikszentmihalyi (1990, 1998) percaya bahwa individu mengambil tindakan untuk memenuhi kebutuhan memilih dan menentukan nasibnya sendiri. Pengaruh internal ini lebih penting daripada pengaruh eksternal. deCharms (1976) menggunakan konsep “Powns” dan “Origins” dalam penelitiannya. Konsep powns adalah individu yang percaya bahwa mereka memiliki sedikit pengaruh dalam kehidupan mereka, sedangkan konsep origins percaya mereka memiliki pengaruh utama atau bertanggung jawab atas perilaku mereka. De Charms percaya bahwa memberikan penghargaan atau penekanan eksternal yang besar membuat siswa merasa seperti orang pertama yang akan mengelola motivasi mereka untuk belajar.
Csikszentmilhalyi (1990) memandang perlunya pilihan dan penentuan nasib yang berbeda-beda. Selama beberapa tahun dia mempelajari peristiwa-peristiwa dalam kehidupan orang-orang ketika mereka dilaporkan benar-benar terlibat dan meraka “terbawa oleh arus, seperti berada dalam aliran”. Csikszentmilhalyi menyebutnya dengan “flow experiences. Dia berpendapat bahwa hal tersebut akan terjadi sebagai akibat dari individu yang memiliki pilihan untuk mengejar tujuan mereka sendiri dan untuk mendapatkan kepuasan dari keinginannya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar