Berbicara
pemecahan masalah tidak bisa dilepaskan dari tokoh utamanya yaitu George Polya.
Menurut Polya (1985) dalam pemecahan suatu masalah terdapat emapt langkah yang
harus dilakukan yaitu: (1) memahami masalah, (2) merencanakan pemecahannya, (3)
menyelesaikan masalah sesuai rencana langkah kedua, dan (4) memeriksa kembali
hasil yang diperoleh (locking back).
1.
Pemahaman
Terhadap Masalah
Memahami
suatu masalah dapat dilakukan dengan membaca berulang-ulang masalah tersebut,
pahami kata demi kata, kalimat demi kalimat; identifikasikan apa yang diketahui
dari masalah tersebut; identifikasikan apa yang hendak dicari; abaikan hal-hal
yang tidak relevan dengan permasalahan; dan jangan menambahkan hal-hal yang
tidak ada sehingga masalahnya menjadi berbeda dengan masalah yang dihadapi.
2.
Perencanaan
Penyelesaian Masalah
Didalam
merencanakan penyelesaian masalah seringkali diperlukan kreatifitas. Sejumlah
strategi dapat membantu untuk merumuskan suatu rencana penyelesaian suatu masalah. Empat tahap pemecahan masalah dari
Polya tersebut merupakan satu kesatuan yang sangat penting untuk dikembangkan.
Salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan anak dalam pemecahan masalah
adalah melalui penyedian pengalaman pemecahan masalah yang memerlukan strategi
berbeda-beda dari satu masalah ke masalah lainnya. Untuk memperkenalkan suatu
strategi tertentu kepada siswa, diperlukan perencanaan yang matang.
Untuk
memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang strategi pemecahan masalah,
berikut akan disajikan beberapa strategi pemecahan masalah yang mungkin
diperkenalkan pada anak sekolah dasar.
1. Strategi
Act It Out
Strategi
ini dapat membantu siswa dalam proses visualisasi masalah yang tercakup dalam
soal yang dihadapi. Dalam pelaksanaanya, strategi ini dilakukan dengan
menggunakan gerakan-gerakan fisik atau dengan menggerakan benda-benda konkrit.
Gerakan bersifat fisik ini dapat membantu atau mempermudah siswa dalam
menemukan hubungan antara komponen-komponen yang tercakup dalam sautu masalah.
Pada saat memperkenalkan strategi ini, sebaiknya ditekankan bahwa penggunaan
obyek konkret yang dicontohkan sebenarnya dapat diganti dengan suatuu model
yang lebih sederhana misalnya gambar.
2. Membuat
Gambar atau Diagram
Strategi
ini dapat membantu siswa untuk mengungkapkan
informasi yang terkandung dalam masalah sehingga hubungan antar komponen
dalam masalah tersebut dapat terlihat dengan lebih jelas. Pada saat mengerjakan
strategi ini, perlu dilakukan bahwa gambar atau diagram yang dibuat tidak perlu
sempurna, terlalu bagau atau terlalu detail. Hal yang perlu digambar atau
dibuat diagarmnya adalah bagian-bagian terpenting yang diperkirakan mampu
memperjelas permasalahan yang dihadapi.
3. Menemukan
Pola
Kegitan
matematika yang berkaitan dengan proses menemukan suatu pola dari sejumlahdata yang diberikan,
dapat mulai dilakukan melalui sekumpulan gambar atau bilangan. Kegiatan yang
mungkin dilakukan antara lain dengan mengobservasi sifat-sifat yang dimiliki
bersama oleh kumpulan gambar atau bilangan yang tersedia. Sebagai suatu
strategi untuk pemecahan masalah, pencarian pola yang pada awalnya hanya
dilakukan secara pasif melalui klu yang diberikan guru, pada suatu saat
keterampilan itu akan terbentuk dengan sendirinya sehingga pada saat menghadapi
permasalahan tertentu, salah satu pertanyaan yang mungkin muncul pada benak
seseorang antara lain adalah: “Adakah pola atau keteraturan tertentu yang
mengaitkan tiap data yang diberikan?”. Tanpa melalui latihan, sangat sulit bagi
seseorang untuk menyadari bahwa dalam permasalahan yang dihadapinya terdapat
pola yang bisa diungkap.
4. Membuat
Tabel
Mengorganisasi
data ke dalam sebuah tabel dapat membantu kita dalam mengungkapkan suatu pola
tertentu serta dalam mengidentifikasi informasi yang tidak lengkap. Penggunaan
tabel merupakan langkah yang sangat efisien untuk melakukan klasifikasi serta
menyusun sejumlah besar data sehingga apabila muncul pertanyaan baru berkenaan
dengan data tersebut, maka dengaun mudah menggunakan data tersebut, sehingga
jawaban pertanyaan tadi dapat diselesaikan dengan baik.
5. Memperhatikan
semua kemungkinan secara sistematik
Strategi
ini biasanya digunakan bersamaan dengan strategi mencari pola dan menggambar
tabel. Dalam menggunakan strategi ini, kita mungkin tidak perlu memperhatikan
keseluruhan kemungkinan yang bisa trjadi. Yang kita perhatikan adalah semua
kemungkinan yang diperoleh dengan cara yang sistematik. Yang dimaksud
sistematik disini misalnya dengan mengorganisasikan data berdasarkan kategori tertentu. Namun demikian,
untuk masalah-masalah tertentu, mungkin kita harus memperhatikan semuan
kemungkinan yang bisa terjadi.
6. Tebak
dan Periksa (Guess and Check)
Strategi
menebak yang dimaksud di sini adalah
menebak yang didasarkan pada alasan tertentu serta kehati-hatian. Selain itu,
untuk dapat melakukan tebakan dengan baik seseorang perlu memiliki pengalaman
cukup yang berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi.
7. Strategi
Kerja Mundur
Suatu
masalah kadang-kadang disajikan dalam suatu cara sehingga yang diketahui itu
sebenarnya merupakan hasil dari proses tertentu, sedangkan komponen yang
ditanyakan merupakan komponen yang seharusnya muncul lebih awal. Penyelesaian
masalah seperti ini biasanya dapat dilakukan dengan menggunakan strategi
mundur.
8. Menentukan
yang diketahui, yang ditanyakan, dan informasi yang diperlukan
Strategi
ini merupakan cara penyelesaian yang sangat terkenal sehingga seringkali
muncul dalam buku-buku matematika
sekolah. Karena guru dan siswa perlu untuk mendapatkan informasi yang jelas
mengenai kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika.
9. Menggunakan
Kalimat terbuka
Strategi
ini juga termasuk seing diberikan dalam buku-buku matematika sekolah. Walaupun
strategi ini termasuk sering digunakan, akan tetapi pada langkah awal anak
seringkali mendapat kesulitan untuk menentukan kalimat terbuka yang sesuai.
Untuk sampai pada kalimat yang dicari, seringkali harus melalui penggunaan
strategi lain, dengan maksud agar hubungan antar unsur yang terkandung di dalam
masalah dapat dilihatr secara jelas. Setelah itu baru dibuat kalimat
terbukanya.
10. Mengubah
Sudut Pandang
Stategi
ini seringkali digunakan setelah kita gagal untuk menyelesaikan masalah dengan
menggunakan strategi lainnya. Waktu kita mencoba menyelesaikan masalah,
sebenarnya kita mulai dengan suatu sudut pandang tertentu atau mencoba
menggunakan asumsi-asumsi tertentu.
3.
Melaksanakan
Perencanaan Penyelesaian Masalah
§ Melaksanakan
strategi sesuai dengan yang direncanakan pada tahap sebelumnya
§ Melakukan
pemeriksaan pada setiap langkah yang dikerjakan. Langkah ini bisa merupakan
pemeriksaan secara intuitif atau bisa juga berupa pembuktian secara formal
§ Upayakan
bekerja secara akurat
4. Pentingnya Pemeriksaan Kembali
Hasil (Looking Back)
Salah
satu cara terbaik untuk mempelajari pemecahan masalah dapat dilakukan setelah
penyelesaian masalah selesai dilakukan. Memikirkan atau menelaah kembali
langkah-langkah yang telah dilakukan dalam pemecahan masalah merupakan kegiatan
yang sangat penting untuk meningkatkan
kemampuan anak dalam pemecahan masalah. Hal-hal penting yang bisa
dikembangkan dalam langkah terakhir dari strategi Polya dalam pemecahan masalah
adalah: mencari kemungkinan adanya generalisasi, melakukan pengecekan terhadap
hasil yang diperoleh, mencari cara lain untuk menyelesaikan masalah yang sama,
mencari kemungkinan adanya penyelesaian lain, dan menelaah kembali proses
penyelesaian masalah yang telah dibuat.
Implementasi problem solving
Dalam
diskusi kemungkinan implementasi matematika problem solving, saya yakin bahwa
sekurang-kurangnya ada tiga faktor penting yang harus dipikirkan. Pertama, merubah peranan guru. Kedua,
merubah susunan kelas dan, Ketiga,
menganalisa topik dalam kurikulum matematika Indonesia yang mungkin dapat
mengakomodasi dan lebih efektif jika menggunakan pendekatan problem solving.
Dalam hal
merubah peran guru, perlu disadari bahwa strategi pembelajaran problem solving
telah merubah gaya siswa belajar dari sebagai siswa pasif belajar menjadi siswa
yang aktif belajar. Sebagai konsekuensi menuntut berubahnya peran guru. Dalam
hal berubahnya peran guru, Groves (1990) menyatakan bahwa peranan guru adalah
sesuatu yang crusial, guru perlu benar-benar terlibat dalam menstimulasi siswa
untuk aktif berfikir, menjaga semangat belajar siswa, menjaga rasa percaya anak
dan mengelolanya jika diperlukan. Lebih jauh lagi, Stacey and Groves (1985)
menambahkan bahwa peranan guru adalah:
§ Membawa siswa
pada suasana siap menerima tantangan atau permasalahan, sebab sebuah masalah
bukanlah masalah sampai siswa menyadari dan ingin memecahkannya.
§ Membangun
atmosper kelas yang mendukung, dimana siswa disiapkan untuk memecahkan
permasalahan yang asing dan tidak merasa tertekan ketika mereka menghadapi
kebuntuan (stuck).
§ Mempersilahkan
anak untuk mengikuti cara mereka dalam menemukan solusi dan membantu mereka
ketika memerlukan, tanpa memberikan jawaban.
Merubah susunan tempat duduk di
kelas yang maksudkan di sini adalah bagaimana mengorganisasi siswa sesuai
dengan aktivitas yang ada pada problem solving. Berdasarkan pengalaman pada
pengajaran matematika di sekolah, siswa-siswa di kebanyakan sekolah duduk
secara berbaris dan hal itu kemungkinan membuat sulit untuk melakukan diskusi dengan
teman yang lainnya dalam mengeksplorasi gagasan dan konsep yang tersembunyi di
balik permasalahan yang diberikan dan ini sering disebut sebagai salah satu
karakteristik dari problem solving. Hodgson (1989) menyarankan bahwa kelompok
kerja adalah sesuatu yang esensi dalam pengajaran problem solving. Lebih
lanjut, Burns (1990) menyatakan bahwa belajar bersama dalam kelompok kecil
memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan konsep
dibanding dengan apabila siswa diskusi kelas besar. Keuntungan lain dari grup kecil ini, dintaranya siswa memiliki
kesempatan untuk bisa berbicara banyak, lebih nyaman untuk ambil resiko dalam
menguji coba pemikirannya selama aktivitas problem
solving. Oleh karena itu, perlu merubah posisi tempat duduk siswa agar
memungkinkan mereka aktif berpartisipasi dalam diskusi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar