Senin, 29 Oktober 2018

Penggunaan Bahasa Problem Solving Matematika pada Siswa SD

Salah satu lembaga yang membidangi matematika, The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) menekankan problem solving sebagai fokus sentral dari kurikulum matematika. Tidak saja kemampuan untuk memecahkan masalah menjadi alasan untuk mempelajari matematika, tetapi problem solving pun memberikan suatu konteks di mana konsep-konsep dan kecakapan-kecakapan dapat dipelajari. Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang tidak rutin.
Sebagaimana tercantum dalam kurikulum matematika di sekolah bahwa tujuan diberikannya matematika antara lain agar siswa mampu menghadapi perubahan keadaan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efektif. Berdasarkan teori belajar yang dikemukakan Gagne (1970), bahwa keterampilan intelektual tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui pemecahan masalah.
Suatu masalah biasanya memuat suatu situasi yang mendorong seseorang untuk menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya. Jika suatu masalah diberikan kepada seseorang anak dan anak tersebut langsung mengetahui cara menyelesaikannya dengan benar, maka soal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai masalah. Sebuah masalah bukanlah masalah jika masalah itu dapat diselesaikan dengan prosedur algoritmik tertentu. Untuk problem solving sesungguhnya, siswa harus menarik sejumlah kecakapan dan pengetahuan dari masa lalunya, kemudian memadukan itu semua dalam suatu cara baru untuk berada pada suatu penyelesaian.
Untuk memperoleh kemampuan dalam pemecahan masalah, seseorang harus memiliki banyak pengalaman dalam memecahkan berbagai masalah. Berbagai hasil penelitian  menunjukan bahwa anak yang diberi banyak latihan pemecahan masalah memiliki nilai lebih tinggi dalam tes pemecahan masalah dibandingkan anak yang latihannya lebih sedikit.
Salah satu teknik yang paling berharga untuk meningkatkan problem solving adalah penggunaan permasalahan yang disajikan secara lisan. Selain peningkatan permasalahan “di dalam sekolah”, masalah yang disajikan secara lisan jauh lebih mendekati rata-rata masalah “di luar sekolah” dibandingkan masalah kertas dan pensil. Presentasi lisan juga bermanfaat untuk mendorong siswa menyimak dengan cermat dan berkonsentrasi pada aspek-aspek terpenting dari masalah.
Penyajian suatu situasi masalah dengan menggunakan sebuah gambar atau format kartun multigambar dengan kata-kata sesedikit mungkin seringkali disebut sebagai pendekatan problem solving nonverbal. Ada beberapa sifat dari permasalahan nonverbal yang menjadikannya sebagai bagian penting dari program problem solving: (1) Guru dapat menyajikan permasalahan yang sangat bersifat “kehidupan nyata” (2) permasalahan nonverbal memungkinkan siswa untuk berfokus dengan cepat pada situasi masalah tanpa tergantung pada kecakapan membaca, yang sangat membantu pada tahap pra-membaca dan juga untuk para siswa yang mengalami kelemahan membaca. (3) fleksibelitas dari format nonverbal memungkinkan siswa untuk memunculkan beberapa masalah dari satu situasi. Ini merupakan alat bantu menuju realisme dan membantu mewadahi pebedaan-perbedaan individual. Format ini pun memberikan kesempatan bagi para siswa untuk melatih orginalitas dan kreativitas dalam mencari penyelesaian masalah. (4) permasalah nonverbal, seperti pula permasalahan yang diformulasi oleh siswa, membantu para siswa dalam mengekspresikan situasi-situasi matematis dengan kata-kata mereka sendiri. Ini membantu sebagian besar siswa, tetapi ini terutama membantu siswa yang berbeda budaya atau lemah dalam pemahan pola-pola bahasa.
 Suatu masalah dapat dipandang sebagai masalah, merupakan hal yang relatif. Suatu soal yang dianggap sebagai masalah bagi seseorang, bagi orang lain mungkin hanya merupakan hal yang rutin belaka. Dengan demikian, guru perlu berhati-hati dalam menentukan soal yang akan disajikan sebagai pemecahan masalah. Bagi sebagian besar guru, untuk memperoleh atau menyusun soal yang benar-benar bukan merupakan masalah rutin bagi siswa mungkin termasuk pekerjaan yang sulit. Akan tetapi hal ini akan dapat diatasi antara lain melalui pengalaman dalam menyajikan soal yang bervariasi baik bentuk, tema masalah, tingkat kesulitan, serta tuntutan kemampuan intelektual yang ingin dicapai untuk dikembangkan pada siswa.
Untuk memudahkan dalam pemilihan soal, perlu dilakukan pembedaan soal rutin dan soal tidak rutin. Soal rutin biasanya mencakup aplikasi suatu prosedur matematika yang sama atau mirip dengan hal yang baru dipelajari. Sedangakan dalam masalah tidak rutin, untuk sampai pada prosedur yang benar diperlukan pemikiran yang lebih mendalam. Hasil identifikasi masalah yang dilakukan melalui angket untuk siswa, angket untuk guru, dan observasi kelas secara umum menunjukan bahwa pemecahan masalah merupakan bagian dari kegiatan matematika yang dianggap sulit baik materi maupun cara mengajarnya. Hasil lain yang diperoleh The National Assessment di Amerika Serikat, juga mengindikasikan bahwa siswa sekolah dasar pada umumnya mengalami kesulitan dalam menghadapi soal tidak rutin yang memerlukan analisis dan proses berpikir yang mendalam.
Tentunya pada siswa SD, penggunaan bahasa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan problem solving (pemecahan masalah) ini harus sudah dibiasakan sejak dini dengan tingkat sesuai dengan perkembangan dan kelas siswa. Selain itu guru SD pun dituntut untuk selalu kritis dan kreatif dalam membuat permasalahan yang ingin diselesaikan oleh siswa-siswanya dengan mengacu pada tujuan pembelajaran pada mata pelajaran Matematika SD.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar